“ G E R A U
“
Kau tak
sebiru yang dulu
Lukisan langit
semakin luas saja. Ia tidak tanggung dalam memenuhi bingkai kecil ini. Tanganku
juga tidak ada hentinya untuk menulis di langit itu menggunakan imaji yang
menderu. Tak jarang juga mulutku meracau tak karuan menyebutkan mantra-mantra
untuk mencipta harapan. Dan tiba-tiba hati menggelitik untuk berjanji semua itu
akan aku wujudkan dengan pasti. Suatu saat nanti.
Tak ku sangka
aku bertemu denganmu di persimpangan dalam perjalanan menemukan rotasiku. Kau dengan
senyum yang seperti biasa dan banyangan … yang menyelimuti. Yang seperti
biasanya. Kali ini aku tak melihat binar matamu. Warna langit kini tak ku
temukan di bagian itu. Meski sama-sama biru, matamu tak seperti langit yang biasa
aku pandang. Ada warna hitam yang bercampur sehingga tak seperti warna langit.
Apa hatimu juga tak seperti dulu? .
Aku menatapnya
lebih dalam hanya untuk memastikan bahwa sesuatu yang (dulu) membekukanku masih
hidup atau sudah semu? Ternyata memang benar, aku tak menemukan walau sedikit.
Kini matamu tak mampu membekukanku termasuk langkah-langkahku. Aku masih bisa
berjalan bebas tanpa dirimu. Aku tak terkekang oleh sesuatu yang hanya sesaat.
Keindahanmu bukan lagi sesuatu yang aku puja seperti dulu. Kini kau hanyalah
menjadi sebuah barang antik dalam hatiku yang akan aku taruh dalam tempat
tersendiri. Barang antik yang mahal harganya.
Kali ini aku
menjabat tanganmu dan mengucap apa kabar – sebagai masa lalu -. Aku tak
bermaksud menggenggam tanganmu, aku hanya ingin menyentuhnya dan memastikan apa
kau masih sehangat dulu.
“Aku baik-baik
saja.” Jawabmu dan dalam hati aku akan selalu mendoakan kau baik-baik saja. Kau
bisa lihat sendiri bukan? Aku lebih baik dari yang dulu. Luka yang ku dapat
dari perjalanan yang membuatku tersungkur kini sudah benar-benar menghilang
seolah tak pernah ada. Hanya ingatan dan pelajaran-pelajaran yang masih tertata
rapi di ingatan. Au janji akan tetap membuatnya rapi seperti saat ini.
“Kau akan
kemana?” pertanyaanmu sudah ku duga sebelumnya. Aku akan ke arah langit cerah.
Tak heran bukan aku berjalan ke arah itu setelah badai yang aku temui.
Sebenarnya…
Aku tak
menyangka diriku sampai di sini
Tak ku sangka
pula aku bertemu denganmu yang pernah menggores luka
Tak ku sangka
harus bertemu di saat setelah aku mulai bangkit
Tak kusangka
aku tak merasakan bekunya langkah dan sesaknya dada
Dan tak
kusangka aku berjalan maju untuk bertemu cahaya
Benar-benar
tak ku sangka aku yang pernah menyamakan langkah, kini melangkah ke lain arah…
Gerau
Biru
kehitam-hitaman
Biru
yang tak seperti langit
Biru
yang tak seperti dulu
Gerau