Rabu, 16 Agustus 2017

#Perjalanan Bukan Pelarian

“ P E N D A R “
Wajahmu ada di cahaya penutup senja

Aku ingat saat cahaya sore terpantul di matamu. Warna jingganya mengisyaratkan keindahan. Sinarnya membuai wajahmu yang menimatinya dengan rekahan senyuman. Kau berdiri di sampingku dan menggengam tanganku dengan keyakinan.
Penuh harap.
Sesekali kau menoleh ke arahku, sesekali pula kau membuang muka secepatdiriku menyadarinya. Biasan mentari terlihat di kedua matamu. Berbinar tanpa henti untuk menikmati tiap alurnya. Rekahan warna jingga memperdalam suasana. Kiata di antara pendar.
Perahu membelah ombak di hadapan mata. Kita menuju ketengah lautan. Menjauhi mereka yang hanya diam menikmati senja. Kita ingin merengkuhnya berdua. Panorama pemikat jiwa. Seolah asa kita titipkan kepada bayangan senja yang terpantul dari lautan.
Lihatlah, bahkan samudra juga mengagumi kalian…
Senja dan orang yang kini di sampingku untuk bersandar di pundakku.
Sketsa ini tak bisa terlupa. Coba bayangkan apa yang mereka lihat. Kita di tengah bayangan matahari yang segera tenggelam di lautan. Kita menciptakan siluet untuk mereka nikmati. Sebuah titik kecil pelengkap senja.
Sesekali tanganmu merengkuh air laut, tiap kali tanganku merengkuh hatimu.
Mentari telah lenyap tenggelam kelautan dan digantikan gemintang yang membuat gugusan. Keindahannya berganti namun keindahanmu tidak.
Kita beranjak menepi meski berulang kali kau ingin tetap di sini, berulang kali hatiku berkata di manapun itu asal di sampingmu.
Masih saja terbayang wajah mu saat melihat senja, matamu terlihat sangat berbinar. Pantulan cahaya senja masih ada hingga sekarang. Mungkin karena aku suka senja, mungkin juga karena aku suka kamu, atau aku suka kalian berdua.


Senja berakhir untuk memberi kesempatan gemintang berpendar 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar